Kesenian Dog Dog Lojor Kasepuhan Sinar Resmi

Kesenian Sunda, Kasepuhan
Sumber gambar: dedisuhendra.com

Pengertian

Dogdog Lojor merupakan untaian dua kata, yaitu dogdog dan lojor. Dogdog merupakan alat musik tabuh yang terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15 cm dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan panjangnya lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang berdiameter 15 m itu ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan, kemudian diikat dengan tali bambu dan dipaseuk / baji untuk mengencangkan kulit tersebut, sehingga kalau dipukul Akan mengeluarkan suara dog.. dog.. dog. Akhirnya disebutlah alat musik itu dogdog. Sedangkan lojor (bahasa Sunda dialek Banten) berarti `panjang'. Biasanya dogdog yang ;mum panjangnya berukuran antara 30 — 40 cm. Dogdog lojor mempunyai panjang 90 — 100 cm. Jadi, dogdog lojor adalah dogdog yang panjang.

Fungsi
Upacara Seren Taun, Upacara Sedekah, Upacara Ruwatan, syukuran 40 hari bayi lahir, dan Upacara Ngabaladah `pembukaan' ladang baru dan upacara perkawinan, adalah upacara yang selalu diiringi demean seni dogdog lojor ini.

Masyarakat Banten khususnya masyarakat Baduy mempunyai upacara-upacara yang dianggap sakral dan magis, seperti upacara di atas. Di sini dogdog lojor sangat berperan karena seni ini dianggap seni yang buhun dan mengandung nilai-nilai magis.

Seni dogdog lojor dapat dijadikan sarana ungkapan rasa syukur, ungkapan penolak bala, dan ungkapan persembahan, atau bahkan ungkapan rasa kegembiraan. Semua dapat dilihat dalam upacara yang laksanakannya. Namun dalam perkembangan dewasa ini seni dogdog lojor memudar, dari seni yang dianggap sakral dan magis menjadi seni hiburan yang kapan dan di mana saja dapat dipertunjukkan.

Pemain dan Waditra
Pemain yang diperlukan dalam seni ini berjumlah minimal 12 orang yang terdiri atas 4 orang pemain dogdog dan 8 orang pemain angklung; yang dibagi menjadi dua kelompok demean jumlah orang yang sama. Para pemain tidak dimonopoli oleh kaum pria saja, kini demean perkembangan jaman maka perempuan pun bisa memainkan seni ini. Waditra yang dipergunakan dalam permainan ini adalah dogdog dan angklung.

Jalannya Permainan
Diawali pukulan dogdog sebagai aba-aba bagi pemain angklung, maka permainan ± 1 mulai pada pukulan dogdog pakpak pong, pak……………. Pak……. pong, serempak pemain angklung membunyikan angklungnya dengan membawakan lagu "Kacang Buncis" atau "Tongeret".


Kacang Buncis

Cis kacang buncis nyengcle
Ti anggolati kuda
Nu geulis tembong pingping
Keun bae jang kaula
Cis kacang buncis nyengcle
Kembang cengek nu mencenges
Nu geulis keur ngalewe
Dasar awewe jerenges

Tongeret

Tongeret tong
Tongeret tong kerrmiiiii
Tamiang dibeulahan dibeulahan
Awewe wantererrrrrrrrrrrr Awewe wantereriiiiiiirrrr Ngajak kawin kaduaan kaduaan

Biasanya instrumen "Tongeret" adalah irama dasar yang terus-menerus mengiringi permainan seni dogdog lojor ini.

Permainan dogdog lojor ini terdiri atas :

Ucing-ucingan

Oray-orayan
Ngadu bedug / dogdog
Ngadu domba
Ngadu jalan

Berbagai permainan waditra di atas, menimbulkan berbagai macam gerak para mainnya sehingga terlihat sangat dinamis demean teriakan hoyah para pemainnya. :gitu pula demean lincah mereka memainkan angklung dan dogdog dalam berbagai rakan tadi.

Beberapa istilah permainan ini yang sama permainan dogdog lojor yang ada di Jawa Barat :

Angklung Buncis daerah Priangan
Angklung Gubrag daerah Bogor
Bedug Lojor daerah Banten Selatan dan Utara
Angklung Bungko daerah Cirebon
Badeng Badud daerah Priangan sebelah utara

Wilayah penyebaran dogdog lojor ini berada di Banten selatan, yaitu Bayah, carucuk, Ciherang, Cisungsang, Cisitu,Citokek, Cinangka, dan Kanekes Baduy, juga di Sukabumi khususnya di Sirnaresmi dan Ciptarasa Cisolok.

Tokoh yang berjasa dalam pengembangan seni dogdog lojor adalah :

Di Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak :
  • Bapak Oco
  • Bapak Mansyur
  • Bapak Okri



Pasir Nangka Kabupaten Lebak :
  • Panji Wulung
  • UPEC pimpinan bapak Uhen Cikotok.



Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung
Sumber gambar: dedisuhendra.com